Asal-Usul Lawang Sewu Jogjakarta
Lawang Sewu
Sayangnya, pemerintah setempat sekarang kurang peka terhadap keberadaan gedung tua ini. Bangunan Lawang Sewu dianggap tak ubahnya barang rongsok yang tidak ada gunanya. Terkesan kumuh dan kotor, bahkan kalau malam sama sekali tidak ada penerangan di dalam gedung. Mungkin karena telantar membuat bangunan ini bertambah angker. Seperti wingit hingga kalau malam hari tidak ada orang yang berani lewat di depat gedung. Apalagi, sampai berani masuk ke halaman Lawang Sewu.
Hanya Soeranto semata yang sudah bertahun-tahun tinggal di pelataran gedung Lawang Sewu. Selama itu pula, Soeranto mengaku sudah tidak terhitung lagi berapa kali dia mengalami kejadian-kejadian aneh jika malam hari. Aneka rupa dan bentuk makhluk gaib menunggu gedung sudah pernah dia pergoki. Sejauh itu, berkat pengabdian Soeranto untuk menjaga gedung, dia tidak pernah gentar menghadapi lelembut penghuni setempat.
“Macam-macam wujud jelmaan penunggu sini (Lawang Sewu, red) pernah saya temui. Mulai wujudnya yang seram, begis, sampai yang lucu-lucu,” aku Soeranto. Sampai-sampai mengenai prilaku para lelembut setempat Soeranto sangat hafal betul. Termasuk ketika akan memunculkan bentuk aslinya, ada tanda-tanda khusus yang lebih dulu disampaikan para lelembut.
“Biasanya ada yang diawali dengan hembusan angin agak kencang, semilir, sampai ada yang mengeluarkan bau-bauan. Ada yang bau wangi, bau menyan, bahkan ada yang mengeluarkan bau agak busuk,” tandasnya.
Kemunculan makhluk halus ditengarai adalah arwah tentara Belanda dan Jepang itu masing-masing punya daerah kekuasaan sendiri-sendiri. Seperti di pintu depan paling barat, menurut Soeranto disitu diperkirakan dikuasai oleh sosok hantu tentara Belanda. Setiap kali muncul lelembut yang dicurigai sebagai arwah orang Belanda ini selalu mengenakan pakaian seragam serdadu lengkap dengan senapan laras panjang. Ada yang berada di pintu belakang paling timur. Termasuk menempati beberapa pintu kamar, dan ruang di lantai dua.
Lain lagi di salah satu ruang paling depan yang ditengarai dulunya menjadi pos penjagaan tentara, di sekitar tempat itu dikuasai oleh sosok lelembut yang berwujud serdadu Jepang. Khusus makhluk gaib yang satu ini, menurut Soeranto terlihat bengis dan kejam. Kumisnya panjang melintang dengan ke mana-mana selalu membawa sebilah samurai panjang.
Meski berbeda wilayah kekuasaan, tidak pernah ada kejadian keributan atau semacam pertanda adanya ontran-ontran di alam gaib antar penunggu Lawang Sewu itu. Semua selalu tenang, dan kemunculannya pun selalu pada tempat yang sama. Tidak berebutan. Mungkin saja karena sosok-sosok itu sering kali muncul dan bertemu dengan Soeranto, hingga kesannya sangat akrab.
“Cuma kalau berdialog langsung dengan mereka belum pernah. Di samping saya sendiri tidak mengerti bahasa mereka,” aku Soeranto kepada METEOR. Paling mendebarkan menurut Soeranto, tiap malam Jumat Kliwon arwah-arwah setempat sering kali menampakkan wujud aslinya. Mereka bergentayangan, bermunculan, hingga membuat suasana malam seperti ramai orang-orang bercengkerama.
Cuma paling menakutkan lagi, adalah jeritan-jeritan suara perempuan dari dalam gedung. Diperkirakan jeritan itu berasal dari jerit nonik-nonik Belanda. Bahkan, setiap muncul jeritan pasti disusul suara derap sepatu lars tentara Belanda dan Jepang. Sepertinya arwah mereka kompak, namun suara jeritan itu diperkirakan jeritan noni Belanda yang ketakutan ketika melihat aksi pembantaian Jepang terhadap tentara Belanda.
Konon, banyak tentara Belanda yang tewas disembelih tentara Jepang. Sehingga suara jeritan itu kadang disusul jeritan tentara Belanda yang kesakitan. Sementara jika mendongakkan kepala ke atas gedung, nampak ada sebuah tondon air yang dulunya difungsikan untuk menyimpan air bersih.
Sedangkan di sekitarnya, tepatnya di depan halaman gedung ada sebuah sumur tua yang setiap harinya selalu dikunci rapat-rapat. Bentuk sumur tersebut temboknya meninggi dari dasar tanah dan diberi atap genting warna merah. Di situlah paling sering terdengar tangisan nonik-nonik Belanda dan Jepang.
Namun, dari sekian banyaknya mahkluk halus yang menjaga gedung lawang sewu tersebut, menurut beberapa paranormal asal Semarang tidak akan mengganggu masyarakat apabila nekad masuk ke dalam gedung. “Dulu ada paranormal yang menerawang penghuni sini. Katanya, jumlah mereka sekitar 50 makhluk halus,” imbuhnya.
Tak heran sampai sekarang ini, gedung yang nampaknya kurang mendapat perhatian dari Pemkot Semarang ini, dalam percaturannya masih menjadi rebutan antar para investor dan pengusaha baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan, antar pengusaha sekitar Semarang sendiri saling berebutan untuk bisa memenangkan tender mengelola gedung kuno ini.
Menurut kabar yang tersebar pada pekembangan nantinya gedung yang memiliki luas sekitar 0,50 hektar ini akan dijadikan hotel berbintang lima. Kabar yang santer terdengar, anak mantan presiden Soeharto, Bambang Triatmojo pernah berambisi membeli gedung milik negara ini untuk disulap menjadi hotel berbintang. Hanya saja, belum sampai impiannya terlaksana, keburu Soeharto lengser dan keinginannya itu pun sirna.
“Semenjak itu, sampai sekarang belum ada yang menawar lagi. Bangunan ini dibiarkan kosong dan terlantar. Kami tidak tahu mau dijadikan apa bangunan megah ini,” ujar Soeranto, 50 tahun, salah seorang penghuni gedung Lawang Sewu kepada METEOR. Dari situ Soeranto lantas menceritakan panjang lebar mengenai sejarah dan asal-usul berdirinya gedung Lawang Sewu.
Memang jika ditilik dari sejarahnya gedung ini sangatlah legendaris. Maklum sudah beberapa priode pemerintahan dan jawatan pernah menempati gedung yang dikenal sangat angker ini. Sekilas pandangan Soeranto menerawang, lalu menurut penuturannya, Lawang Sewu tersebut merupakan salah satu gedung peninggalan Belanda yang diarsiteki oleh Prof Klinkkaner dan Quendagg. Dibangun dan sekaligus berdiri sekitar tahun 1863.
Setelah itu gedung ini pada tanggal 27 Agustus 1913 ditempati oleh para tentara Belanda, hanya saja tidak berlangsung lama. Sebab, setelah itu Belanda menyerah terhadap Jepang Baru kemudian penguasaan gedung berlalih ke tangan pemerintahan Jepan baik secara administratif maupun secara perekonomian selama 3,5 tahun. Sampai kemudian bangsa Indonesia melakukan perlawanan dengan melakukan perang bersenjata melawan tentara Jepang di kawasan Tugu Muda yang dikenal dengan sebutan 5 Jam di Semarang.
Sekitar tahun 1950, tutur Soeranto, gedung tua tersebut ditempati oleh TNI-AD dibawah pimpinan Panglima Gatot Subroto. Dan, paling terakhir yang menempati adalah jawatan PT Kereta Api Jawa Tengah. Bahkan, saat itu fungsi gedung sempat dijadikan sebagai kantor wilayah Departemen Perhubungan Jateng. Hingga akhirnya gedung Lawang sewu tersebut benar-benar kosong mulai sekitar tahun 1996 sampai sekarang.
Ibarat orang yang sedang mati suri. Kondisi gedung Lawang Sewu tiap harinya sepi dari kegiatan apapun. Tidak ada lagi aktivitas ramai seperti tahun-tahun silam. Belum lagi akibat tidak pernah mendapat perhatian, keadaan sekitar gedung menjadi kotor dan kumuh. Tembok bangunan yang gempal mulai mengelupas catnya. Areal sekitar gedung nampak ditumbuhi semak belukar dan ilalang.
Ketika METEOR mencoba membuka daun pintu di salah satu kamar yang ada di dalam gedung tersebut, mendadak daun pintu terbuat dari kayu itu rapuh dan patah lantaran ditekan ke dalam. Aneh memang, ternyata bagian dalam gedung tersebut banyak sekali pintu-pintu yang bahannya terbuat dari kayu jati. Kendati demikian pintu yang berjumlah sekitar seribu itu tidak lagi mempunyai kekuatan.
Hanya masih menyimpan sebuah kenangan misteri jika sewaktu-waktu pintu salah satu kamar Lawang Sewu dibuka. Maka akan menimbulkan suara menderit yang khas. Suaranya menggema di tengah kesunyian bagian dalam gedung. Seperti mengundang arwah gentayangan yang ada di dalamnya. Sementara kalau malam hari bagian dalam gelap gulita, lantaran tidak ada satu pun lampu penerangan yang dipasang oleh pemerintah kota Semarang sekarang.
Benar-benar Lawang Sewu tidak lagi pernah diperhatikan pemerintah. Masih untung ada orang berjiwa patriotik yang rela menjaga dan tinggal di dalam gedung Lawang Sewu, seperti Soeranto juga pensiunan TNI-AD ini. Diakui Soeranto sebenarnya, tinggal di dalam Lawang Sewu sangat teduh. Asri dan bisa mengenang kejayaan masa pemerintahan Belanda.
“Namun mungkin karena tempat ini sangat angker sehingga tidak ada yang berani tinggal di sini. Orang akan menjadikan tempat ini sebagai kantor atau hotel tentunya harus berpikiran yang jernih,” ungkapnya.
Negeri Paloh
Namanya saja gedung tua peninggalan orang asing,
tentu banyak hal gaib yang melingkup di sekitar gedung dan susah
dipecahkan. Sama seperti gedung Lawang Sewu, Semarang yang ditengarai
menyimpan banyak misteri ini. Konon, misteri tak terpecahkan itu
berkaitan dengan keberadaan makhluk halus yang menghuni Lawang Sewu.
Jumlahnya mencapai puluhan, dan itu pun susah dideteksi bagaimana
kisahnya hingga mereka menjadi penghuni Lawang Sewu.
Gedung peninggalan Belanda itu sampai sekarang nampak megah jika
dipandang dari bundaran monumen Tugu Muda. Wujud bangunannya kokoh,
artistik, dan bergaya Eropa. Siapa saja tentu akan percaya kalau
bangunan bersejarah itu dihuni oleh segerombolan makhluk halus.
Pasalnya, selain bangunan tua, sudah lama gedung berpintu sekitar 1.000
(sewu, red) ini dibiarkan kosong dan tak berpenghuni. Membuat sawab
sekitar mudah dimasuki oleh lelembut maupun makhluk gaib dari alam maya.Sayangnya, pemerintah setempat sekarang kurang peka terhadap keberadaan gedung tua ini. Bangunan Lawang Sewu dianggap tak ubahnya barang rongsok yang tidak ada gunanya. Terkesan kumuh dan kotor, bahkan kalau malam sama sekali tidak ada penerangan di dalam gedung. Mungkin karena telantar membuat bangunan ini bertambah angker. Seperti wingit hingga kalau malam hari tidak ada orang yang berani lewat di depat gedung. Apalagi, sampai berani masuk ke halaman Lawang Sewu.
Hanya Soeranto semata yang sudah bertahun-tahun tinggal di pelataran gedung Lawang Sewu. Selama itu pula, Soeranto mengaku sudah tidak terhitung lagi berapa kali dia mengalami kejadian-kejadian aneh jika malam hari. Aneka rupa dan bentuk makhluk gaib menunggu gedung sudah pernah dia pergoki. Sejauh itu, berkat pengabdian Soeranto untuk menjaga gedung, dia tidak pernah gentar menghadapi lelembut penghuni setempat.
“Macam-macam wujud jelmaan penunggu sini (Lawang Sewu, red) pernah saya temui. Mulai wujudnya yang seram, begis, sampai yang lucu-lucu,” aku Soeranto. Sampai-sampai mengenai prilaku para lelembut setempat Soeranto sangat hafal betul. Termasuk ketika akan memunculkan bentuk aslinya, ada tanda-tanda khusus yang lebih dulu disampaikan para lelembut.
“Biasanya ada yang diawali dengan hembusan angin agak kencang, semilir, sampai ada yang mengeluarkan bau-bauan. Ada yang bau wangi, bau menyan, bahkan ada yang mengeluarkan bau agak busuk,” tandasnya.
Kemunculan makhluk halus ditengarai adalah arwah tentara Belanda dan Jepang itu masing-masing punya daerah kekuasaan sendiri-sendiri. Seperti di pintu depan paling barat, menurut Soeranto disitu diperkirakan dikuasai oleh sosok hantu tentara Belanda. Setiap kali muncul lelembut yang dicurigai sebagai arwah orang Belanda ini selalu mengenakan pakaian seragam serdadu lengkap dengan senapan laras panjang. Ada yang berada di pintu belakang paling timur. Termasuk menempati beberapa pintu kamar, dan ruang di lantai dua.
Lain lagi di salah satu ruang paling depan yang ditengarai dulunya menjadi pos penjagaan tentara, di sekitar tempat itu dikuasai oleh sosok lelembut yang berwujud serdadu Jepang. Khusus makhluk gaib yang satu ini, menurut Soeranto terlihat bengis dan kejam. Kumisnya panjang melintang dengan ke mana-mana selalu membawa sebilah samurai panjang.
Meski berbeda wilayah kekuasaan, tidak pernah ada kejadian keributan atau semacam pertanda adanya ontran-ontran di alam gaib antar penunggu Lawang Sewu itu. Semua selalu tenang, dan kemunculannya pun selalu pada tempat yang sama. Tidak berebutan. Mungkin saja karena sosok-sosok itu sering kali muncul dan bertemu dengan Soeranto, hingga kesannya sangat akrab.
“Cuma kalau berdialog langsung dengan mereka belum pernah. Di samping saya sendiri tidak mengerti bahasa mereka,” aku Soeranto kepada METEOR. Paling mendebarkan menurut Soeranto, tiap malam Jumat Kliwon arwah-arwah setempat sering kali menampakkan wujud aslinya. Mereka bergentayangan, bermunculan, hingga membuat suasana malam seperti ramai orang-orang bercengkerama.
Cuma paling menakutkan lagi, adalah jeritan-jeritan suara perempuan dari dalam gedung. Diperkirakan jeritan itu berasal dari jerit nonik-nonik Belanda. Bahkan, setiap muncul jeritan pasti disusul suara derap sepatu lars tentara Belanda dan Jepang. Sepertinya arwah mereka kompak, namun suara jeritan itu diperkirakan jeritan noni Belanda yang ketakutan ketika melihat aksi pembantaian Jepang terhadap tentara Belanda.
Konon, banyak tentara Belanda yang tewas disembelih tentara Jepang. Sehingga suara jeritan itu kadang disusul jeritan tentara Belanda yang kesakitan. Sementara jika mendongakkan kepala ke atas gedung, nampak ada sebuah tondon air yang dulunya difungsikan untuk menyimpan air bersih.
Sedangkan di sekitarnya, tepatnya di depan halaman gedung ada sebuah sumur tua yang setiap harinya selalu dikunci rapat-rapat. Bentuk sumur tersebut temboknya meninggi dari dasar tanah dan diberi atap genting warna merah. Di situlah paling sering terdengar tangisan nonik-nonik Belanda dan Jepang.
Namun, dari sekian banyaknya mahkluk halus yang menjaga gedung lawang sewu tersebut, menurut beberapa paranormal asal Semarang tidak akan mengganggu masyarakat apabila nekad masuk ke dalam gedung. “Dulu ada paranormal yang menerawang penghuni sini. Katanya, jumlah mereka sekitar 50 makhluk halus,” imbuhnya.
Sejak didirikan ratusan tahun lalu, gedung
spektakuler peninggalan pemerintahan Belanda macam Lawang Sewu Semarang
masih tetap menyimpan misteri. Sudah berulang kali orang menyingkap
misteri di balik kemegahan gedung bersejarah ini. Namun, sejauh itu
masih ada misteri lain yang tersisa, seiring perjalanan umur bangunan
yang semakin tua. Berikut ini wartawan METEOR melaporkan sepenggal
misteri yang tersisa dari Lawang Sewu itu.
Ibarat buah kelapa makin tua makin banyak santan yang dibutuhkan oleh
manusia. Tidak lebih ungkapan tersebut sama pula dengan keberadaan
gedung tua peninggalan Belanda macam Lawang Sewu. Makin tua umur
bangunan yang berlokasi di depan Tugu Muda, Pandanaran Semarang ini,
legenda yang menyelimuti makin banyak dipuji masyarakat. Wajar sebagai
gedung bersejarah, Lawang Sewu semakin makin dipandang sebagai gedung
berharga, berkat keantikannya.Tak heran sampai sekarang ini, gedung yang nampaknya kurang mendapat perhatian dari Pemkot Semarang ini, dalam percaturannya masih menjadi rebutan antar para investor dan pengusaha baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan, antar pengusaha sekitar Semarang sendiri saling berebutan untuk bisa memenangkan tender mengelola gedung kuno ini.
Menurut kabar yang tersebar pada pekembangan nantinya gedung yang memiliki luas sekitar 0,50 hektar ini akan dijadikan hotel berbintang lima. Kabar yang santer terdengar, anak mantan presiden Soeharto, Bambang Triatmojo pernah berambisi membeli gedung milik negara ini untuk disulap menjadi hotel berbintang. Hanya saja, belum sampai impiannya terlaksana, keburu Soeharto lengser dan keinginannya itu pun sirna.
“Semenjak itu, sampai sekarang belum ada yang menawar lagi. Bangunan ini dibiarkan kosong dan terlantar. Kami tidak tahu mau dijadikan apa bangunan megah ini,” ujar Soeranto, 50 tahun, salah seorang penghuni gedung Lawang Sewu kepada METEOR. Dari situ Soeranto lantas menceritakan panjang lebar mengenai sejarah dan asal-usul berdirinya gedung Lawang Sewu.
Memang jika ditilik dari sejarahnya gedung ini sangatlah legendaris. Maklum sudah beberapa priode pemerintahan dan jawatan pernah menempati gedung yang dikenal sangat angker ini. Sekilas pandangan Soeranto menerawang, lalu menurut penuturannya, Lawang Sewu tersebut merupakan salah satu gedung peninggalan Belanda yang diarsiteki oleh Prof Klinkkaner dan Quendagg. Dibangun dan sekaligus berdiri sekitar tahun 1863.
Setelah itu gedung ini pada tanggal 27 Agustus 1913 ditempati oleh para tentara Belanda, hanya saja tidak berlangsung lama. Sebab, setelah itu Belanda menyerah terhadap Jepang Baru kemudian penguasaan gedung berlalih ke tangan pemerintahan Jepan baik secara administratif maupun secara perekonomian selama 3,5 tahun. Sampai kemudian bangsa Indonesia melakukan perlawanan dengan melakukan perang bersenjata melawan tentara Jepang di kawasan Tugu Muda yang dikenal dengan sebutan 5 Jam di Semarang.
Sekitar tahun 1950, tutur Soeranto, gedung tua tersebut ditempati oleh TNI-AD dibawah pimpinan Panglima Gatot Subroto. Dan, paling terakhir yang menempati adalah jawatan PT Kereta Api Jawa Tengah. Bahkan, saat itu fungsi gedung sempat dijadikan sebagai kantor wilayah Departemen Perhubungan Jateng. Hingga akhirnya gedung Lawang sewu tersebut benar-benar kosong mulai sekitar tahun 1996 sampai sekarang.
Ibarat orang yang sedang mati suri. Kondisi gedung Lawang Sewu tiap harinya sepi dari kegiatan apapun. Tidak ada lagi aktivitas ramai seperti tahun-tahun silam. Belum lagi akibat tidak pernah mendapat perhatian, keadaan sekitar gedung menjadi kotor dan kumuh. Tembok bangunan yang gempal mulai mengelupas catnya. Areal sekitar gedung nampak ditumbuhi semak belukar dan ilalang.
Ketika METEOR mencoba membuka daun pintu di salah satu kamar yang ada di dalam gedung tersebut, mendadak daun pintu terbuat dari kayu itu rapuh dan patah lantaran ditekan ke dalam. Aneh memang, ternyata bagian dalam gedung tersebut banyak sekali pintu-pintu yang bahannya terbuat dari kayu jati. Kendati demikian pintu yang berjumlah sekitar seribu itu tidak lagi mempunyai kekuatan.
Hanya masih menyimpan sebuah kenangan misteri jika sewaktu-waktu pintu salah satu kamar Lawang Sewu dibuka. Maka akan menimbulkan suara menderit yang khas. Suaranya menggema di tengah kesunyian bagian dalam gedung. Seperti mengundang arwah gentayangan yang ada di dalamnya. Sementara kalau malam hari bagian dalam gelap gulita, lantaran tidak ada satu pun lampu penerangan yang dipasang oleh pemerintah kota Semarang sekarang.
Benar-benar Lawang Sewu tidak lagi pernah diperhatikan pemerintah. Masih untung ada orang berjiwa patriotik yang rela menjaga dan tinggal di dalam gedung Lawang Sewu, seperti Soeranto juga pensiunan TNI-AD ini. Diakui Soeranto sebenarnya, tinggal di dalam Lawang Sewu sangat teduh. Asri dan bisa mengenang kejayaan masa pemerintahan Belanda.
“Namun mungkin karena tempat ini sangat angker sehingga tidak ada yang berani tinggal di sini. Orang akan menjadikan tempat ini sebagai kantor atau hotel tentunya harus berpikiran yang jernih,” ungkapnya.
Kerajaan
alam gaib bernama Negeri Paloh itu sungguh-sungguh ada dalam kenyataan
sebenarnya. Sistem pemerintahannya berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh
seorang raja bernama Pangeran Sandi. Keberadaan kerajaan gaib ini kerap
memunculkan fenomena mistis….
Selain
panoramanya yang indah, kawasan perbatasan antara Kalimantan Barat dan
Malaysia juga menyimpan kekuatan gaib yang cukup besar.
Peristiwa-peristiwa aneh sering terjadi di beberapa tempat. Mulai dari
munculnya sebuah kota di tengah belantara, kemudian hilangnya sebuah
pesawat berikut awaknya, sampai pada penculikan beberapa orang penduduk.
Paloh
sendiri adalah nama sebuah kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten
Sambas, Kalimatan Barat. Kedudukannya sangat strategis, karena
berbatasan langsung dengan Malaysia bagian timur. Uniknya, di Kecamatan
paloh ini juga ada sebuah negeri gaib yang dikenal sebagai Negeri Paloh.
Daerah
yang sebagian besar daratannya masih berupa hutan belantara ini telah
diresmikan menjadi daerah konservasi. Beberapa tempat rekreasi yang
memiliki panorama indah dan menarik, juga telah dikelola oleh Perhutani
Provinsi Kalimantan Barat.
Tempat
konservasi tersebut kerap dijadikan sebagai tempat kegiatan pemuda,
khususnya para pencinta alam. Selain alamnya yang sejuk dan asri,
keberadaan Paloh dengan pemukiman sedikit penduduknya itu, mulai menarik
perhatian banyak orang.
Dengan
menggunakan jasa angkutan umum yang memakan waktu kurang lebih delapan
jam perjalanan, kita dapat tiba di perkampungan penduduk Paloh. Dari
pemukiman penduduk memerlukan waktu empat jam lagi untuk bisa mencapai
lokasi yang akan dituju dengan menelusuri anak sungai menggunakan
perahu.
Jadi
total waktu yang diperlukan kurang lebih dua belas jam lamanya. Memang
perjalanan yang melelahkan. Namun bagi mereka yang haus dengan keindahan
dan tantangan, perjalanan melelahkan itu akan terasa mengasyikan,
apabila bila berkelompok.
Sampai
di sana kita akan terpesona melihat bukit-bukit berdiri kokoh
diselimuti jutaan pohon yang tumbuh berbaris membentuk satu kesatuan. Di
tempat ini sering digunakan para pejalar dan mahasiswa melakukan hiking
dan praktek lapangan.
Di
lain tempat, namun masih dalam kawasan konservasi, terdapat pula hutan
rawa yang tak kalah menariknya. Letaknya cukup jauh dari pemukiman
penduduk. Untuk mencapainya diperlukan waktu empat jam. Itu pun harus
menyusuri sungai dengan menyewa perahu.
Hutan
yang berada tepat di tengah belantara itu sampai sekarang belum pernah
disentuh oleh penunjung, menimbang lokasinya yang jauh dan sangat rawan.
Didalamnya hidup beraneka jenis binatang buas dan berbisa.
Para
penduduk juga meyakini bahwa tempat itu diselimuti hawa mistis dan
dihuni sekelompok makhluk halus yang senantiasa muncul ke dimensi
manusia dengan kejadian-kejadian anehnya.
Penampakkan
yang sering disaksikan penduduk setempat adalah hadirnya sebuah kota
dengan segala aktivitasnya di tengah hutan rawa tersebut. Peristiwa yang
terjadi setiap tengah malam itu membuat penduduk yang pernah
menyaksikannya terheran-heran.
Seketika
itu suasana hutan yang sunyi dan senyap, berubah menjadi
terang-benderang, gedung-gedung berdiri kokoh dihiasi cahaya lampu
berwarna-warni, suara lalu-lintas kendaraan pun tak ketinggalan ikut
meramaikan suasana.
Saking
terpesonanya, ada beberapa orang dari penduduk tertarik dan mencoba
untuk mendekati kota gaib itu. Namun mereka tak pernah kembali. Keesokan
harinya, pencarian pun dilakukan.
Beberapa
orang penduduk yang didampingi seorang paranormal tak berhasil
menemukan warga yang hilang. Diduga mereka yang hilang diculik oleh
makhluk halus penunggu hutan rawa itu.
Kisah mistis diatas tidak hanya bersumber dari satu orang saja, melainkan hampir semua lapisan masyarakat membenarkannya.
Selain
di hutan rawa peristiwa aneh juga pernah, bahkan sering terjadi di
beberapa tempat. Salah satunya adalah di Bukit Melintang yang letaknya
tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk. Bukit kecil yang masih
berupa hutan ini diyakini juga sebagai tempat bermukimnya makhluk halus
dan pernah mengukir sejarah.
Ya, pada sekitar tahun 70-an, terjadi peristiwa memilukan. Pesawat milik TNI AU hilang
bersama para awaknya saat terbang melintas wilayah Paloh. Diduga
pesawat tersebut menabrak Bukit Melintang. Namun setelah dilakukan
pencarian di tempat itu yang juga diteruskan menyisir titik rawan
kecelakaan, para petugas tidak menemukan mayat maupun bangkai pesawat.
Pesawat
dan awaknya seperti lenyap ditelan bumi. Salah seorang bidan kesehatan
juga ikut hilang dalam peristiwa itu. Dia merupakan teman dekat salah
seorang sumber Penulis. Dikisahkan, sebelum berangkat, terjadi
ketegangan kecil di sebuah klinik kesehatan tempat si bidan bertugas.
Siang
itu, Ibu Yeni (bukan nama sebenarnya) mendapat tugas mendadak ke
perbatasan. Sebenarnya bukan dirinya yang mendapat perintah untuk
berangkat, melainkan bidan lain. Berhubung yang mendapat giliran praktek
di klinik itu adalah Ibu Yeni, terpaksa dia yang harus menggantikan
bidan yang berhalangan itu.
Namun
beberapa orang teman Ibu Yeni merasa keberatan dan menyarankan agar
membatalkan keberangkatannya. Terutama karena menimbang cuaca
benar-benar tidak mengizinkan. Mendung hitam diiringi kabut tebal
menghiasi cakrawala, sungguh tidak memungkinkan bagi pesawat untuk lepas
landas.
Namun
bidan muda itu tetap bersikeras untuk berangkat, meski dia juga sangat
menghargai masukan dan saran dari teman-temannya. “Terima kasih kalian
sudah memperhatikan saya. Namun jangan sampai lupa, keberadaan kita di
sini karena sudah kewajiban dan tanggungjawab. Sebagai seorang tenaga
medis kita harus bisa mengambil tindakan yang bijaksana. Kebijakan yang
lebih memihak pada khalayak ramai,” tuturnya seperti yang disampaikan
sumber Penulis.
Mendengar
ucapan itu, orang-orang yang berada di dalam ruang klinik menjadi lemas
dan tak lagi berkata-kata. Apalagi melihat Ibu Yeni sudah siap
berangkat.
Setelah
berpamitan, dia bergegas menuju bandara dan diantar beberapa orang
temanmnya. Tak banyak obrolan dalam perjalanan itu, hanya saja sesekali
Ibu Yeni melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan
kanannya.
Wajahnya
tampak sedikit tegang seperti dikejar sesuatu. Selang beberapa menit
mereka pun tiba di bandara. Tanpa menunggu lama, Ibu Yeni segera
melangkahkan kakinya menuju pesawat kecil yang sudah siap berangkat.
Tak
lama kemudian, pesawat beserta awaknya itupun terbang menuju
perbatasan. Tak ada yang dapat diceritakan setelah pesawat lepas landas.
Sampai pada peristiwa lenyap pesawat beserta isinya itu terjadi.
Pasca
kejadian aneh itu, Ibu Yeni sering datang menjenguk teman dekatnya
termasuk juga suami dan anaknya. Menurut Yaminhudin, S.hut, seorang
pemuda asal kecamatan Paloh yang memiliki kekuatan supranatural menembus
dan berkomunikasi dengan makhluk halus penghuni Negeri Paloh
mengatakan, pesawat itu terbang melintasi jalur yang semestinya tidak
dilewati, karena merupakan titik pusat keramaian alam gaib.
Itu
sebabnya, terjadi proses penarikan yang dilakukan oleh penguasa negeri
gaib. Mereka khawatir pesawat tersebut akan mencelakakan penduduknya
yang sedang beraktivitas di sana.
Korban
yang hilang itu tidak mati, tetapi diambil oleh makhluk halus. Sebelum
diangkat menjadi penduduk negeri gaib, terlebih dahulu dilakukan
tawar-menawar antar korban dan penguasa Negeri Paloh.
Tawar-menawar
itu memang harus dilakukan, karena setiap manusia yang telah masuk ke
dalam negeri itu tidak diizinkan kembali ke alam nyata. Karena apabila
kembali mereka akan mati.
Setelah
terbentuk suatu kesepakatan, para korban harus mengikuti ritual khusus.
Agar mereka dapat diterima di tengah masyarakat dan hidup rukun di
dalamnya.
Berawal
dari kecelakaan itulah, kemudian peristiwa-peristiwa aneh beruntun
mendatangi penduduk setempat. Satu demi satu, gadis desa yang masih
perawan hilang entah kemana dan diyakni diambil oleh makhluk halus yang
menguasai daerah tersebut.
Sampai-sampai
para lelaki mengeluarkan larangan kepada para wanita, isteri maupun
anak-anaknya keluar rumah sendirian. Hal ini karena dikhawatirkan akan
bernasib sama dengan yang lain.
Tak
hanya itu, munculnya orang-orang tak dikenal ke pemukiman penduduk
dirasa cukup meresahkan. Apalagi tidak diketahui dari mana mereka
berasal. Seperti dalam suatu resepsi perkawinan yang diadakan oleh
seorang warga, kebiasaan penduduk setempat apabila melangsungkan acara
penikahan tidak perlu sibuk memikirkan biaya pesta, karena para tetangga
akan datang memberikan sumbangan berupa lauk pauk dan uang, serta
segala macam yang diperlukan.
Usut
punya usut, ternyata beberapa undangan yang hadir dalam pesta itu
bukanlah penduduk setempat. Namun warga mencoba untuk tetap waspada,
khawatir kalau mereka berniat jahat. Setelah pesta usai, orang-orang itu
bergegas pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu.
Beberapa
orang warga mencoba mengejar mereka, namun tak seorang pun menemukan
jejaknya. Setelah kembali dari pengejaran, salah seorang warga menemukan
sebuah tas berwarna hitam dan segera memeriksanya. Di dalam tas itu
ditemukan banyak sekali barang-barang aneh seperti keris, potongan
rambut, kupasan kulit binatang, dan segala macam benda yang tidak lazim
lainnya. Konon, orang-orang aneh itu sengaja meninggalkan tasnya sebagai
hadiah pernikahan.
Sampai
detik ini kejadian semacam itu masih sering terjadi. Namun warga sudah
menganggapnya sebagai hal yang biasa. Malahan ada beberapa orang dari
warga yang menikah dengan orang tak dikenal itu, yang sesungguhnya tak
lain adalah makhluk halus penghuni Negeri Gaib Paloh.
Yaminhudin,
S.hut. juga menjelaskan tentang tata cara kehidupan mereka, makhluk
halus Negeri Paloh. Konon, kehidupan mereka sama seperti manusia dan
sangat menjunjung tinggi adat istiadat leluhur. Menurut pantauan batin
Yaminhudin yang langsung berkomunikasi dengan makhluk halus penghuni
negeri gaib tersebut mengatakan, perkembangan penduduk yang tinggal di
negeri itu sangat pesat.
Sistem
pemerintahannya berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja
bernama Pangeran Sandi. Sang Raja memimpin dengan arif dan bijaksana.
Kebutuhan rakyatnya selalu tercukupi. Hal ini terjadi karena Negeri
Paloh memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah.
Tanahnya
yang subur ditumbuhi berbagai macam sayuran dan buah-buahan. Kemajuan
dan kecanggihan teknologi juga tak luput dari sumber daya manusianya.
Sangatlah wajar bila beberapa orang penduduk di sekitar hutan pernah
menyaksikan sebuah kota muncul di tengah hutan belantara. Karena memang
penduduk Negeri Paloh sudah mampu menciptakan teknologi mutahir dan kota
besar yang pernah muncul itulah buktinya.
Perihal
penculikan yang sering dilakukan makhluk halus pada manusia,
Yaminhudin, S.hut. juga menjelaskan mereka yang diculik oleh makhluk
halus penghuni Negeri Paloh tidak untuk disakiti, namun karena dilandasi
rasa sukanya terhadap manusia dan selanjutnya mereka akan mengawininya.
Banyak
orang yang ingin masuk ke dalam negeri tersebut, namun tidak semudah
itu. Mereka harus memiliki kemampuan supranatural dan berhati bersih.
Karena apabila hati seseorang itu jahat, dikhawatirkan akan membahayakan
kehidupan di alam tak kasat mata itu.
Comments
Post a Comment